Cerita, Ninja Tahun 90an di Parepare

PAREPARE, DELIK.ID — Kota Parepare, Sulawesi Selatan memiliki tiga Pelabuhan. Pelabuhan Nusantara, Pelabuhan Cappa Ujung dan Pelabuhan Rakyat Lontange. Di era 90an Ketiga pelabuhan itu ramai, Pelabuhan Nusantara dan Pelabuhan Cappa Ujung merupakan rute kapal Ke Kalimantan dan Malaysia, sementara Pelabuhan Rakyat Lontange pelabuhan tempat pengiriman barang dengan menggunakan kapal-kapal kayu.

Suasna Pelabuhan Nusantara Kota Parepare

Ketiga pelabuhan tiap hari dibanjiri Perantau serta pedagang yang hendak pergi ke Kalimantan dan Malaysia begitu pun sebaliknya. Ditengah hiruk pikuk kesibukan Pelabuhan di era itu, Pabbote alias penipu bermodus menawarkan tiket kapal dan jasa angkutan antar kota dan Porvinsi menjadi Teror menakutkan untuk para perantau dengna harga sepuluh kalilipat dari harga normal.

” Selain menjual tiket kapal laut dengan harga tinggi, mereka juga kerap menipu Perantau dengan modus menjual barang milik Pelaku Pabbote seperti jam tangan dengan berpura puras sebagai perantau dari malaysia yang membutuhkan biaya. ” Kata Makmur Raona, mantan Bos Pabbote yang kini sukses jadi Pengacara Terkenal di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, Jumat (7/2/2020).

Lanjut Makmur, Pabbote bekerja secara berkelompok, kadang hingga 5 orang. Satu berpura pura sebagai Perantau yang misanya menjual jam tangan kepada Perantau asli atau target, ke 4 anggota lainya, kemudian ikut dalam mempengaruhi si korban untuk membeli Jam tangan dengan harga sangat tinggi.

” Itu Pabbote, beda juga dengan “Ninja” atau Pelaku dengna modus menawarkan jasa angkutan dari Kapal hingga keluar dari Pelabuhan dengan menggunakan Angkot. Panninja (Ninja) lebih sadis lagi, jika Pabbote menipu dengan bujuk rayu, Ninja melakukan aksinya dengan penipuan dengan intimidasi korban. kadang diancam dengan parang dan bahkan dianiya hingga bebak belur.” Jelas Ungkap Makmur.

Sementara itu, Ambi Warga jalan Nusantara, Kelurahan Ujung Sabbang, Kecamatan Ujung tepat di dekat Pelabuhan Cappa Ujung, yang juga mengaku pernah terjun ke dunia Pabbote dan Ninja, mengaku kerap beroprasi membawa korban di sekitar kuburan umum jika berhasil membawa korban keluar dari Pelabuhan.

” Kadang di lokasi kuburan, kita turunkan perantau yang turun dari kapal saat diatas angkot. kita menunjukkan kuburan baru kepada korban, seolah-olah kuburan baru itu adalah korban kami karena tidak mau membayar uang angkot sebanyak yang kami minta. Kalau korban tak punya uang ” Aku Ambi, yang kini bekerja di salah satu Otoritas Pelabuhan Nunsatara yang kini rajin beribadah.

Sementara itu, Ismail mantan Pegawai disalah satu Kantor Pemerintahan Kota Parepare, Sulawesi Selatan, mengaku pernah berurusan dengan Pabbote dan Ninja Pelabuhan, saat itu salah seorang keluargnya pernah menjadi korban Pabbote dan Ninja Pelabuhan dengan 100 gram perhiasan emas.

” Saat itu Keluarga saya pulang Merantau dari Malaysia, datang ke rumah mengaku telah dirampok emasnya seberat 100 gram. Kebetulan saat itu pekerjaan saya berurusan dengan kemasyarakatan kebutalan banyak mengenal Pabbote dan Ninja Pelabuhan, saya mendatangi salah satu gank itu, dan ia mengembalikan emas keluarga saya hanya 60 gram dengan alasan 20 gram sudah laku terjual oleh Pabbote dan Ninja itu. ” Ungkap Ismail.

Pabbote dan Ninja Pelabuhan memasuki tahun 200an perlahan-lahan berkurang. Berkurangnya bukan karena ditangkap Petugas atau Karena telah menjalani masa tahanan dengan tuduhan Penipuan dan Penganiayaan, namun pelan-pelan Pabbote dan Paninjja bahkan kini kilang karena Kecanggihan teknologi dan kini banyaknya lapangna pekerjaan yang terbuka. menurut kedua mantan Pelaku yang kini menjadi Pengacara terkenal dan Petugas salah satu otoritas Pelabuhan. (D11)

Related posts