POLEWALI, DELIK.ID – Usianya hampir genap seabad, namun apa hendak dikata, perempuan tua itu masih berjuang mencari nafkah dengan memulung, Ia adalah Nenek Dara ( 76 Tahun), Demi memenuhi kebutuhan agar bisa bertahan hidup, nenek ini saban hari bersama belasan cucunya mengais dan memungut barang bekas untuk dijual ke pengepul.
Cucunya sering ikut menemani nenek Dara memulung ketika mereka sudah pulang sekolah, Maklum, semuanya masih bersekolah, mulai dari tingkat SMP, SD hingga taman kanak kanak( TK), bermodalkan karung plastik kusam belasan cucunya berpencar di seputaran kantor Bupati, pasar, masjid dan warung makan mencari karton, plastik dan botol bekas, Hasilnya tidak langsung dijual, namun kumpulkan dulu di rumahnya, ” Kalau sudah banyak baru dijual, harganya pun kadang Rp. 70 ribu per 10 hari, sebenarnya ada 17 orang memulung, karena ada tambahan dua orang kemanakan anak dari adekku, ” kata Nenek Dara saat ditemui di depan Kantor Bupati Polman, Sabtu 7 Desember.
Pekerjaan tersebut ia jalani sejak suaminya meninggal dunia lima tahun silam. Praktis, kehidupan ekonomi keluarganya pun meredup pasca mendiang suaminya telah tiada. “Saya punya tujuh orang anak, enam perempuan dan satu laki laki, semuanya sudah berkeluarga. Suami saya semasa hidup kerjanya berkebun,” tutur Dara.
Kendati demikian, Nenek Dara tak bisa sepenuhnya mengandalkan ke tujuh anaknya untuk membantu hidupnya, Sebab anaknya hanya bekerja serabutan sebagai buruh pengangkut pasir, ” Saya tinggal di belakang perguruan tinggi IAI DDI Polewali, enam orang cucuku satu rumah sama saya, cucu yang lain tinggal bersama orang tuanya yang tak jauh dari rumahku, ” Jelas Dara.
Ia juga menyampaikan setiap bulannya mendapatkan uang tunai bantuan pemerintah sebesar Rp. 300 ribu perbulan, begitupun bantuan beras sebanyak lima kilogram perbulan yang ia terima langsung di Kantor Kelurahan Madatte Kecamatan Polewali, ” Tapi bantuan itu tidak cukup hidup sebulan, karena ada cucu ku anak yatim kasihan, tidak adami mamanya, ” ungkap Dara.
Salah satu, cucu nenek Dara, berinisial RY mengungkapkan sudah hampir setahun menjalani hari harinya membantu neneknya memulung, bocah lugu ini bercita cita menjadi pemain bola terkenal, ia mengaku sedih jika membiarkan neneknya berjuang sendiri, ” Mau apalagi, ayah, ibu dan dua kakak perempuanku kerjanya buruh angkut pasir, sedangkan saya tinggal sama nenek, saya dikasih nenek Rp. 2000 tiap pergi ke sekolah . ” Terangnya saat ditemui sedang beristirahat bersama adiknya di dalam kantor Bupati Polman, Jumat 6 Desember.
Terpisah, Kepala Dinas Sosial Polman, Yusuf D Majid mengungkapkan keberadaan Nenek Dara telah dipantau bahkan sudah setiap bulan diberi bantuan sosial setiap bulannya, ” Kita sudah sentuh itu, tapi disisi lain kita tidak tahu itu orang tua bagaimana kadang kadang bersikeras, ” Ujarnya, saat dikonfirmasi via telepon selulernya, Selasa 10 Desember.
Lebih lanjut, Mantan Kadis Perhubungan Polman ini menuturkan
sistim penanganan kemiskinan dan orang gila tidak bisa hanya melekat pada Dinas Sosial saja tapi harus lintas sektoral secara kolektif apalagi anggatan penanganan fakir di Dinsos sangat sedikit, ” Makanya tadi saya baru bicara pak Kadis Dinsos Sulbar mudah mudahan bisa diperjuangkan untuk mendapatkan bantuan dari provinsi, Sama dengan penanganan orang gila tidak bisa hanya Dinas sosial saja yang diharapkan karena tidak ada diatur dalam anggarannya itu penanganan orang gila termasuk gepeng gepeng itu, ” ungkap Yusuf. ( Aga)